December 8, 2023
Pondok Pesantren Darun Nun Malang

MENGARAK NYAWA DALAM PERJALANAN PANTAI WISATA
(Part 2)
Alhamdulillah.. tiap tahun kita temui Idul Fitri nan indah dan berkah. Namun, marilah kita ingat kejadian pahit yang terjadi pada 39 tahun lalu dan menimpa keluarga kita di Banyuwangi Selatan, Jatim. Tepat pada tahun 1976, ketika Idul Fitri datang semua orang menyambutnya dengan bahagia. Bahkan kaum muda telah mempunyai rencana untuk mengadakan rihlah ke pantai yang sangat dianggap terindah kala itu, yakni Pasir Putih Situbondo.
Tiada pandang bulu, mulai dari kaum muda hingga dewasa sangat bersemangat dan antusias hendak mengikuti kegiatan itu. Hari demi hari mereka tunggu dengan penuh rasa bahagia. Namun, ternyata ada salah satu remaja yang dilarang keras oleh orangtuanya untuk mengikuti acara tersebut. Dia pun merasa sedih, kecewa, karena tidak bisa ikut serta berasama kawan-kawannya dan harus mebatalkan niatnya itu.
Datanglah hari yang ditunggu-tunggu oleh kaum muda itu. Tepat sesuai rencana, mereka akan berangkat pada hari Ahad, tanggal 3 Syawal. Berangkatlah mereka dengan menggunakan kendaraan berupa 1 buah truk. Karena terlalu banyaknya peminat, maka 1 buah truk itu diisi dengan jumlah banyaknya orang yang ikut, yaitu 125 orang. Bisa dibayangkan, betapa pasaknya sebuah truk dengan isi 125 orang itu.
Perjalanan menuju pantai ini jika dari arah Banyuwangi harus melewati jalan yang disebut dengan Arak-Arak. Jalan arak-arak ini terlihat sangat ekstrim dengan setiap kelokan-kelokannya. Kelokan yang dibarengi dengan kurang lebarnya jalan membuat pengemiudi harus ekstra berhati-hati, penuh konsentrasi, dan menjaga keseimbangan. Dengan muatan yang begitu banyak, pengemudi bisa dikatakan kesulitan. Dan ternyata, innalillahi wainna ilaihi rooji’uun.. sampailah sudah maut menjemput rombongan tersebut. Sebuah truk dengan isi 125 orang itu mengalami gulingan dahsyat dan jatuhlah truk itu bersama para penumpangnya ke dalam jurang. Ternyata perjalanan yang diharapkan akan membawa kebahagiaan berubah menjadi kedukaan. Dan perjalanan itu tidak sampai kepada tempat yang mereka tuju.
Begitu cepatnya sebuah kebahagiaan beserta senyuman terganti dengan sebuah isak tangis. Justru remaja yang awalnya sedih karena harus patuh dengan keputusan orangtuanya itu berubah menjadi syukur. Kisah pahit dibalik kemuliaan bulan Syawal ini menjadikan alarm buat umat sekalian. Janganlah terlalu bahagia, karena kita tidak pernah tahu rencana Allah swt. Bacalah doa sepanjang perjalanan dan jangan pernah memaksakan keadaan.

 

Zuhrotul Anwariyah
Bukit Cemara Tidar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *