December 8, 2023

Oleh
Nur Sholikhah
Seorang penulis terkemuka yang bernama Abduttawwab Yusuf pernah menuturkan ,
“Suatu ketika saya menjumpai cucu-cucu saya di Kairo dengan membawa bungkusan hadiah.Merekapun menyambut saya dengan meriah dan bertepuk tangan.Lalu mereka membuka bungkusan hadiah tersebut yang ternyata di dalamnya berisi sebuah kue besar dari jenis manisan yang dihias begitu indah dan menarik.Hal ini membuat mereka sangat antusias dan berusaha mendapatkan bagiannya, kecuali seorang anak yang hidup dan besar di Kanada.Ia tidak berusaha mendapatkannya ,tetapi justru malah menghindar.Ketika sang kakek menyodorkan sepotong kue itu kepadanya, ia menolak dan berkata, ‘saya tidak menginginkan kue manisan ,tetapi yang saya inginkan adalah buku.’”
Kisah ini memberikan makna bahwa anak tersebut meminta buku karena ia ingin selalu mengisi akal dan pikirannya dengan ilmu.Allah SWT telah menyeru kita semua dengan firman-Nya “bacalah!”maka kita sangat perlu untuk senantiasa membaca.
Meskipun terkadang banyak para pembaca buku yang mengeluh dan berkata,
“kami sering membaca, namun kami sangat cepat lupa.”
Hal  itu merupakan sebuah kewajaran sebab setiap orang yang membaca pasti  melupakan 50% dari apa yang baru saja ia baca setengah jam yang lalu.Selain itu, ia akan melupakan 80% dari apa yang ia baca sehari yang lalu jika ia memang tak mempunyai tujuan dan target yang jelas.
Saat ini kita hidup pada era globalisasi, dimana arus ilmu pengetahuan dan teknoloi berkembangdengan sangat pesat.Untuk menghadapi era seperti ini, kita harus bisa menguasai Ilmu pengetahuan.Caranya ialah dengan membaca.
Buta pengetahuan merupakan sebuah penyakit yang menimpa banyak umat di berbagai negara.Untuk memerangi penyakit ini tidak bisa dilakukan dengan menggunakan senjata dari besi,tetapi dengan membaca dan menulis.Membaca merupakan kunci pemusnah penyakit buta huruf dan membaca adalah sebuah peradaban.
Banyak orang yang menyimpulkan ,”umat yang mempunyai budaya membaca adalah umat yang maju dan berjaya.”Hal itu menjadikan bangsa barat semakin giat dan antusias dalam membaca dan menulis sehingga ia bisa menjadi pemimpin dan pengendali dunia.Sementara itu, bangsa timur dilihatnya sebagai poros keterbelakangan, buta huruf,primitif dan kebodohan.Setidaknya, hal itu dapat dilihat dari kisah antara kue dan buku di atas.

Pondok Pesantren Darun Nun Malang
BUKIT CEMARA TIDAR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *