December 8, 2023
oleh:

Indah Nurnanningsih

Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Assalamu’alaikum,
Tidak terasa, hari ini kita sudah sampai pada bulan yang baru,
Ya, November sudah ada di pijakan kita,
Itu artinya, dua bulan lagi kita akan segera meninggalkan tahun 2016 dan beralih menuju tahun yang baru, 2017
Banyak hal yang semestinya menjadi perhatian untuk kita renungi dan kita jadikan bahan evaluasi,
“Sudahkah kita berbuat sesuatu untuk mengisi kesan-kesan positif di tahun masehi yang satu ini ?”
Tahun yang menjadi acuan orang-orang dalam bekerja, dalam menempuh pendidikan, dalam menjalankan target-target keseharian,
Sedikit renungan terutama bagi diri sendiri, semoga bermanfaat..

 
Tuhan, Dimanakah Keadaanku?
 
Harusnya sadar, semestinya faham,
Tidaklah segala sesuatu akan senantiasa digerakkan oleh kata-kata,
Ada saatnya manusia mulai berfikir bagaimana eksistensi dirinya dihadapan makhluk di sekelilingnya
Seperti apakah wujud keberadaan kita?
Sudah tepatkah yang selama ini kita biasakan?
Sudah mampukah kita menjalin hubungan dengan segala kebermanfaatan yang kita miliki?


Karena tak selamanya keadaan akan membawa diri pada rasa aman dan nyaman
Ada yang namanya tuntutan
Tidak seterusnya orang kedua, orang ketiga akan membangunkan kelalaian-kelalaian ruh
Tidak semua pemakluman akan menjinakkan keadaan dan memanjakan diri-diri yang terlupa
Lupa akan keadaan, lupa akan kewajiban, lupa akan sesuatu yang mestinya lekas ia jalankan, seiring berlalunya jenjang hidup yang harus ditempuh dengan sebaik-baik kayuhan

Saat-saat kritispun harus dipahami bahwa yang demikian juga tak lama akan datang

Menyapa, mewarnai, seakan mengotori, terdistorsi
Namun memberikan pelajaran yang tak terbendung
Benda mati dan hidup juga ikut-ikutan mendewasa
Jika manusianya tidak mampu menyadarkan diri sendiri, maka keadaan yang akan memaksanya
Mau tak mau akan tersadar
Baik secara halus ataupun
Agaknya menyakitkan
Ia jalankan cara tersendiri
 


Sedangkan waktu tidak melulu berbicara tentang penundaan,
Kesempatan tidak akan segan meninggalkan manusia yang gandrung akan kemalasan, yang gemar memautkan dirinya pada keadaan, manusia yang cinta akan dunia, ia terlena
Bukan meminta kembali, tetapi menghargai kedua-duanya
Yakinkan diri,
Mereka itu tak bersifat menanti

Seharusnya humanisme mampu mencukupkan kondisi manusia dalam tahap permulaan, kala pertama kali belajar menghela nafas, hingga ketika mampu membaca keadaan dan hiruk pikuk sekitar
Selanjutnya diharapkan manusia mampu berfikir dan bertindak layaknya manusia dewasa seutuhnya
Berimaji, berinisiatif, bertindak dengan langkah yang kian tanggap namun pasti
Demi dimensi yang takkan berulang
 

-Salam Ukhuwah, Salam Literasi dan Bahasa-
Malang, 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *