Judul : Di Mars Tak Ada Ka’bah
Peresensi : Nur Ma’rifatul Jannah
Penulis cerpen : Reza Nufa
A. SINOPSIS
Cerpen ini mengisahka tentang tokoh utama yaitu bang masil, yang hendak pergi dari rumah untuk merantau ke kota demi mencari jati dirinya. Meskipun tanpa restu dari orang tuanya. Akan tetapi rencana dan harapannya itu seketika pupus setelah sehari kemudian bapaknya mati.
“Aku gagal jadi anak durhaka, sekaligus gagal menjadi pengembara. Entah mana yang lebih membebani. Sejak hari itu tidak pernah lagi kurasuki segala sesuatu sebagai seutuhnya manusia. Separuh diriku rasa-rasanya telah jadi ayam, atau lintah, kadang sapi, kerbau, kambing, lumut, asap, pematang, kadang pula terasa seperti sesuatu yang lain yang belum ternamai. Bapak terus menasihatiku. Terasa lebih nyaring setelah dia mati dan suara yang datang darinya seolah dari langit sehingga aku harus lebih memberi hormat”
Dari kutipan tersebut, menceritakan bahwasanya kehidupannya telah benar-benar berubah sepeninggal bapaknya. Ia harus mengemban banyak tanggung jawab untuk menjadi tulang punggung keluarganya. Semua dijalaninya dengan penuh pergolakan batin. Seringkali terjadi perdebatan di dalam hatinya, antara harus tetap pergi merantau atau tetap menjadi pemuda yang terkungkung di rumah. Menjalani hari-hari seperti layaknya orang di kampung, bertani, beternak dan sebagainya.
“shalatmu saja belum tertib, katanya. Itulah. Aku tidak bisa melakukan penyembahan jika belum jelas apa yang hendak kusembah. Aku tidak mampu bersujud tanpa jelas hatiku merendah untuk apa, atau siapa, atau kenapa. Aku harus melengkapi diriku, entah di mana. Ibu cuma diam, lalu menggosok matanya yang dihinggapi debu dengan kain yang melilit di kepalanya. Tidak pernah bisa kupahami orang tua sepertinya, seperti mereka, yang begitu ingin anaknya tetap tinggal di rumah, dengan alasan biar tetap hidup, meladang, menikah, berketurunan, lalu merawat yang tua-tua, lalu menjadi yang tua-tua dan menjebak anak-anak mereka dalam pola yang sama.”
Di ceritakan di sini bahwa Bang Masil ini ingin mencari sejatinya tujuan dari ia harus menyembah Tuhan.
Misal, kita betul-betul hijrah menuju Mars, apa yang pertama kali dilakukan oleh kaum beragama? Mengatur kiblat baru—ataukah? Siapa yang bisa kita percaya dalam perkara sebesar ini bila era kenabian kadung dianggap berakhir? Ilmu pengetahuan barangkali bisa diandalkan, Nejad, tetapi kita takut padanya, telanjur menempatkannya sebagai musuh ketimbang alat, dan para ulama cenderung menjadikan ayat sebagai landasan moral ketimbang landasan berpikir. Ke mana kita akan naik haji nanti?
Seperti biasa, Rinjani, Lur, kata Dinejad.
Di Mars tak ada Ka’bah. Tak ada Rinjani.
B. ANALISIS UNSUR INTRINSIK
· Tema : Keagamaan, sosial, keluarga
· Latar : Rinjani
· Alur : Campuran
· Tokoh : Bang masil, Mila, Ibu, bapak, Anjani.
· Sudut pandang : Terdapat dua sudut pandang (tokoh utama sebagai narator dan penulis sebagai narator)
· Amanat : Sejatinya Tuhan itu benar ada. Jika hati kita hidup dan mampu merasakan keberadaanNya.
C. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Kelebihan dari cerpen ini sangat menarik untuk dikaji. Alurnya yang unik dan menimbulkan makna tersirat membuat pembaca harus benar-benar seksama dan teliti untuk dapat memahami isi dari cerpen tersebut.
Kekurangannya menurut saya sudut pandangnya agak membingungkan. Setelah saya coba hubungi CP penulis yang tertera di bawah cerpen tersebut, guna menanyakan terkait sudut pandang. Ternayata cerpen tersebut menggunakan dua sudut pandang yaitu. Penulis sebagai narator dan tokoh utama sebagai narator.