Oleh :
Nur Sholikhah
Di suatu pagi saya pergi ke sebuah toko untuk membeli beberapa makanan ringan sebagai pengganjal perut yang lapar ini. Saat itu, toko lumayan ramai oleh mahasiswa yang juga bernasib sama dengan saya, kelaparan. Mereka berkeliling di dalam toko mencari snack yang sesuai dengan selera lidah dan kemampuan kantong. Saya pun juga begitu, berkeliling sesuka hati mencari snack yang mengenyangkan dengan harga terjangkau (maklum, mahasiswa). Setelah mendapatkannya, saya pun berjalan menuju antrian kasir yang cukup panjang. Beberapa mahasiswa sudah menyiapkan uang terlebih dahulu sebelum menghadap sang kasir. Ku lihat mereka membayar dengan beraneka macam ekspresi, ada yang tersenyum sambil menyerahkan uang recehan, ada yang terlihat ragu-ragu karena membayar dengan uang bernominal besar, ada yang menduga-duga dengan wajah penuh kekhawatiran, jangan-jangan sang kasir tak punya uang kembalian hehe.
Beberapa mahasiswa di depan saya membayar dengan uang bernominal besar. Sang kasir pun mulai menunjukkan ekspresi cemberut. Dalam hati aku bergumam ” Waduh, aku cuman bawa uang 50 ribu, nggak ada uang receh.” Rasa khawatir itu mulai hadir. Ku lihat wajah sang kasir, matanya melotot tajam hingga kacamata yang ia pakai seolah bergetar, tangannya menggenggam dengan kuat (ini hanya ilustrasi belaka). Dia melihatku membawa uang berwarna biru bergambar I Gusti Ngurah Rai. Dengan nada ketus ia berkata padaku,
“Ini 5.500, uangnya jangan yang besar” Sang kasir berbicara tanpa melihat raut mukaku.
“Saya nggak punya uang receh, adanya cuman 4 ribu” Kataku dengan nada santai. Ia pun melayani pembeli yang lain tanpa menghiraukanku. Aku terdiam sejenak.
” Ya Sudah bu, tissu ini saya kembalikan. Jadi totalnya berapa?”
“3 ribu, kembalikan ini ke tempatnya!” Nadanya membuatku agak kesal. Aku hanya menjawab singkat “Iya bu”.
Aku berjalan keluar dengan perasaan kesal, mungkin memang saya yang salah karna belanjanya yang kurang banyak hehe. Namun saya menyesalkan perlakuannya terhadap pelanggan seperti saya. Seharusnya dia tidak bersikap acuh, nada bicaranya juga janganlah terlalu tinggi, begitupun dengan ekspresi wajahnya karna tidak lah patut pelanggan diperlakukan seperti ini.
Inilah sebuah pelajaran hidup, hal yang sekecil dan serupa ini mungkin banyak terjadi di tempat lain. Kita sebagai manusia memang tempatnya salah dan dosa. Oleh karna itu, dimanapun dan kapanpun kita berada, sikap dan etikalah yang harus di nomor satukan. Ingatlah, sedikit perkataan yang kasar dan mimik muka yang mengerucut dapat menyakiti hati orang lain.
Pondok Pesantren Darun Nun
BUKIT CEMARA TIDAR F3 NO 4 Karangbesuki Sukun Malang