December 9, 2023
Oleh : Cintia Dwi Afifa

“Menjulanglah, capailah awan … Lihat apa yang tak pernah terlihat, berangkatlah, tersesatlah, tapi teruslah mendaki”~Edna St. Vincent Millay di buku Oprah Winfrey

“Sudah berkontribusi apa saja untuk Indonesia sejauh ini?” pertanyaan salah satu panitia osjur saat sesi Jalan Malam.  Dalam hati, duh kenapa aku yang dapat pertanyaan itu.. “Masih Proses kak” jawaban reflek yang keluar dari mulut, sebelum ada bentakkan bentakkan berikutnya.

Lalu dia menjawab, “bagus.. Ingat, hasil tidak akan mengkhianati proses. Jadi, ‘proses’ apapun yang kamu jalani saat ini untuk Indonesia, kamu akan mendapatkan hasilnya esok hari yang kurang lebih setimpal dengan apa yang sedang kamu upayakan”. Wadaaw … Jawaban yang sebenarnya membenarkan jawabanku sebelumnya malah, berasa di tampar saja. Aku tercengang sepanjang jalan. “Emang apa yang sedang aku lakukan saat ini untuk Indonesia ?”. Berkaitan akan hal itu, aku juga diingatkan oleh sebuah komentar dosen dalam kolom komentar salah satu ‘foto kelas’ yang aku unggah di facebook, beliau bilang “Jangan tanya, apa yang bisa Indonesia berikan ke kalian. Tapi, tanyalah pada dirimu.. Apa yang telah dan akan kau berikan untuk Indonesia”. Intinya hampir sama, seperti yang aku baca di buku terfavorit’ku’ (Yang aku tahu pasti~ Oprah Winfrey), “jangan berharap lebih dari apa yang dunia tawarkan untukmu, jika kamu sendiri tak menawarkan kelebihanmu kepada dunia”.

Belakangan ini aku di ingatkan pesan-pesan yang ada diatas tersebut. Banyak sekali kejadian-yang menjadi teguran untuk aku pribadi, saat hampir putus asa akan suatu hal. Salah satunya yakni, soal mendidik anak. Ada akun seorang Ibu, yang aku ikuti. Beliau selalu ‘nge-share’ aktivitas anak pertamanya, mulai kecil hingga saat ini yang berusia 11 bulan. Kemarin beliau, mengungkapkan kegembiraannya yang telah memetik ‘hasil’ kerja kerasnya, ketelatenannya, dalam mendidik anaknya. Butuh waktu bulanan untuk mengajarkan anaknya, hanya untuk takbiratul ihram sendiri tanpa dibantu. Beliau bilang, hanya butuh kesabaran akan hal itu. ‘Proses’ yang begitu melelahkan akan terbayar saat kita telah melihat hasilnya.  Namun, lagi-lagi bukan soal “nilai”, meski tak sempurna dia dapat mempraktekkan apa yang ibunya ajarkan, tapi kebahagiaan itu sempurna.

Begitupula dengan yang baru aku rasakan, soal ngelesi. Mengajarkan anak yang baru berusia belum genap 5 tahun perihal Huruf, angka, dan warna (bahasa Inggris)  membutuhkan waktu. Beberapa hari lalu, berulang- ulang huruf-huruf itu aku kenalkan. Tapi tetap saja, “nggak tau/nggak mau” yang jadi jawabannya saat ku luncurkan pertanyaan demi pertanyaan. Rasarasanya selalu ingin berhenti, karena tidak ada kemajuan menurutku kala itu. Aku takut, orangtuanya kecewa. Tapi lagi lagi, rasa itu harus aku urungkan. Aku nggk boleh menyerah, sebelum benar-benar orangtuanya sendiri yang menyerah (percaya). Tapi, kemarin aku di kagetkan.. Setelah libur beberapa hari, dia dengan cepat menjawab ini dan itu. Black, Red, big, small, R, I, U, E, O, X. Ternyata bahagia itu sesederhana ini.

Tak ada yang sia-sia dalam berproses. Hanya butuh kesabaran, ketelatenan dan terus istiqomah dalam semangat berproses. Apapun proses yang kita lakukan, akan kita nikmati hasilnya esok hari.

Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *