November 30, 2023
Pondok Pesantren Darun Nun Malang
Hasil gambar untuk berjalan mundur
Pict Source: International Fishing Tackle
Aku mengenali masa lalu sebagai tawaran rasa rindu. Atas keusangan, kadang juga akan masa kelabu. Walau tak ada niat berjalan mundur, kuupayakan memperjuangkan yang menghinggap di muka. Meski terasa penuh dekap dan stagnan yang mengancam.
Tak mampu kuukir sendiri namun alur dariNya sudahlah pasti. Bahwasanya terik selalu mengitari dan malam yang ditunggu tak kunjung pasti. Lewat sedikitnya kata-kata kubulirkan dan kuungkap apa yang terasa, apa yang tengah mengendap di jiwa. Sesak, sendu, menendang keras apa yang mengisi ruang kalbu di tiap waktu.
Merindui yang lalu dan merintihkan yang telah mengekal pergi. Semua itu hanya menjadi bayangan dalam masa pencarian kedepan, yang kuharap cukuplah sekedar dikenang.
Melihat sekitar yang penuh ruai nada menjadikan diri penuh tanya yang difikiri. Namun inilah namanya kemauan Tuhan kepadaku. Bukan menjadi kemauanNya bila itu bukan yang terbaik. Alih-alih teringat sebutan kata-kata seorang penoreh fatwa, bahwa yang demikian sudahlah biarkan, serta kita kuati satu jawaban. Maka mari kita bersama-sama memasa bodohi diri sendiri.

Kini mesti lebih kukobarkan pandangan kedepan. Semakin merekah tuk menuai segenap berkah. Aku yakin diluar nanti begitu berserakan kabar baik dan kesempatan lebih untuk melenggangkan tangan. Mengapa sulit, mengapa terhimpit? Selalulah mencoba melakukan yang terbaik. Menjadikan diri seakan segara yang memfasilitasi dan menerima segala puing dengan tangan terbuka. Keadaan yang memaksa, yang memang mungkin sudah waktunya.

Menjadi yang lebih baik, lebih tak menepuk sebelah tangan kepada orang lain. UntukNya tak mesti berbondong-bondong. Paling pentingnya lagi, tentang niatan ikhlas yang menyerta. Manusia sejatinya mesti memerankan paradenya dengan tak sekedar juang. Tak dapat dipungkiri bahwa nanti akan ada asa yang hilang setelah ada yang tak terdapatkan. Namun berkiprah harus terus dilaju, dan sekecil dzarah pasti ada imbalanNya. Kami, kamu, dan aku harus tetap berdiri. Bagiku cukup kutengadahkan tangan dan kuahiri dengan Ya rabbal Alamiin

Maafkan atas ke-aku-an kisahku ini.

 Darun Nun, 8 November 2017
 

Indah Nurnanningsih
Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *