December 9, 2023
 

Photo by Drew Graham on Unsplash


Oleh Dyah Ayu Fitriana @fitri_yesss
“Urip iku mung sawang-sinawang, Nduk.” Dawuh Pak’e. Hidup itu hanya kelihatan-kelihatannya saja. Satu kali beliau berpesan seperti itu kepada saya, tepat ketika saya bercerita tentang kegelisahan seorang teman yang penat akan kegiatannya. “Enak ya mbak bisa kuliah abis itu bisa kerja, jadi bisa punya pemasukan. Lah aku tiap hari di laboratorium sampek sore, bosen.” Teringat celotehan temanku kala itu. Padahal jauh di lubuh hati, aku yang seharusnya ngiri padanya. Biaya SPP kuliah sudah gratis, bisa dekat dan dipercaya dosen-dosen, mau apa lagi?
Tapi dari percakapan itu saya mulai berfikir, benar juga apa kata Pak’e, hidup itu terkadang indah hanya di pandangan orang saja. Setiap orang tetap merasakan cobaan bahkan terkadang kebosanan dalam hidupnya. Uniknya sesuatu yang ia sebut dengan “Kehidupan yang membosankan” itu tak jarang adalah model kehidupan yang didamba oleh banyak orang. Orang biasa ingin tenar, sedangkan seorang artis memimpikan punya kehidupan normal dan bisa menjadi dirinya sendiri seutuhnya. Orang miskin ingin punya uang banyak, sedangkan yang kaya ingin hidup sederhana sebagaimana impiannya memiliki waktu untuk sekedar mengantar anak-anak sekolah. Yang jomblo pengen nikah, yang udah nikah ngelihat yang udah punya anak kayak seneng banget, giliran udah punya anak ya rasanya sudah biasa aja.
Entah kenapa era kita sangat gampang membandingkan kehidupan orang dengan kehidupan pribad. Padahal kan nggak gitu. Definisi sukses tidak hanya satu, maka sebenarnya jika membandingkan kesuksesan kita dengan kesuksesan orang lain itu keliru. Setiap kesuksesan menyimpan proses yang penuh dengan perjuangan. Begitu pula setiap kegagalan merupakan sebuah langkah yang kebanyakan menghantarkan pada kesuksesan. Jika kita bisa berfikir seperti ini kita nggak akan jadi makhluk yang “kagetan”. Tiba-tiba terkenal ya biasa aja, tiba-tiba jatuh ya biasa aja.
Oleh karena itu memang benar bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya hanya akan kita dapatkan jika hati kita bisa benar-benar bersyukur. Bersyukur atas kondisi kita, bersyukur atas keberhasilan teman kita, bahkan bersyukur saat cobaan tengah mendera kita. Orang bilang tidak akan terasa manis gula, jika kita belum menyeruput pahitnya kopi. Tak jarang malah mereka adalah dua perpaduan yang saling mengisi. Untuk itu mari berhenti terlalu lebay update status dengan kesuksesan kita, juga ayok sudahi budaya stalking yang berlebihan dan menimbulkan pertanyaan “kok dia sukses kayak gini ya, kok aku nggak” hello guys hidupmu juga sudah indah jika kau izinkan sekali saja hati itu bersyukur atas kondisinya.
Pondok Pesantren Darun Nun
Perum Bukit Cemara Tidar F3 No. 1

 

Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *