December 8, 2023
     

Oleh 
Intani Sholihah Hafizatul Husna
Judul               : Stip dan Pensil 
Sutradara        :  Ardy Octaviand
Produksi         :  MD Pictures
Penulis           : Joko Anwar
                          Ernest Prakarsa
                          Bene Dionysius
Tanggal rilis   : 19 April 2017
Durasi            : 1:25:16
Bahasa           : Indonesia

—————————————
Hello guys, kembali lagi dalam kegiatan menulis seperti biasanya, namun kali ini bukan lagi meriview sebuah tulisan orang lain, akan tetapi kali ini merivew sebuah film. Yups dan tentu saja kegiatan ini membutuhkan mood yang bagus untuk menonton sebuah film yang kemudian akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Ngga pake mukoddimah terlalu lama. Langsung saja, cekidoootttt.

          Film Stip dan pensil yang disutradarai oleh sutradara handal yaitu Ardy Octaviand ini bercerita tentang 4 sekawan yaitu Toni, Aghi, Bubu dan Saras yang merupakan anak-anak orang kaya yang selalu di musuhi oleh anak-anak di sekolahnya. Karena mereka dianggap sebagai anak-anak yang sok jago dan songong, walaupun sifat itu memang ada dalam diri mereka. Cerita mereka berawal dari ketika ada seorang guru pengganti bernama pak Adam yang memberikan mereka sebuah tugas Essay. Dan mereka dengan gigih dan percaya diri tanpa berpikir dengan matang langsung mengambil sebuah tindakan dengan alih-alih membangun sebuah sekolah untuk anak-anak miskin di kolong jembatan. Luar biasa, ide-idenya sangat mulia. “Membangun” sebuah sekolah, bukan cuma mendirikan sekolah kemudian tugas itu selesai, tapi juga bagaimana mencerdaskan serta mengajak anak-anak yang di kolong jembatan agar memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan. Karena anak-anak yang berada dikolong jembatan itu notabennya lebih memilih mencari uang dibanding dengan sekolah. Kebayang kan bagaimana susahnya mereka?
         Awalnya mereka menganggap hal itu sangatlah mudah, tapi semua itu tak semudah yang mereka bayangkan. Karena banyak sekali rintangan yang mereka hadapi. Mulai dari menjadi bulian serta ejekan anak satu sekolahnya, tidak memiliki izin untuk membangun sekolah disana (Kolong jembatan), susahnya mengajak serta merayu anak-anak untuk bersekolah, si kecil yang nakal, ucok. Mak rambe yang tidak memberikan ucok izin untuk bersekolah. Belum lagi rintangan yang lainnya.
         Pada adegan film stip dan pensil ini ada hal yang menarik perhatian saya, tidak lupa pula film ini menyelipkan sedikit unsur politik yang diadaptasi dari kisah nyata, yaitu ketika adegan penggusuran kawasan kumuh tersebut (kolong jembatan). Hal tersebut mengingatkan saya bahkan kita semua tentang fenomena penggusuran kawasan kumuh di jakarta beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi pada film ini penggusuran yang dilakukan disajikan dengan sangat menghibur pada saat warga yang mempertahankan tempat tinggal mereka bentrok dengan petugas satpol pp yang menjalankan tugas. Lagi lagi adegan itu dengan sangat cerdas membuat kita berfikir tentang “Bagaimana nasib warga yang tempat tinggalnya akan di gusur, dan petugas satpol pp yang akan kehilangan pekerjaannya jika tidak melaksanakan tugasnya dengan baik” cukup menarik bukan?. Namun ada banyak hikmah yang didapatkan dari penggusuran tempat tinggal mereka, yaitu : anak-anak kecil itu pun mulai sadar bahwa betapa pentingnya pendidikan, hal itu terjadi ketika mereka dikejar oleh satpol pp, dan mereka menemukan banyak sekali tulisan-tulisan di tembok seperti “Jalan di tutup” dan tidak satupun dari mereka yang bisa membaca. Dan dari sanalah mereka menyadari bahwa semua ini bukan hanya tentang uang, tapi juga ilmu. 
          Toni cs pun akhirnya bisa mengajar anak-anak jalanan itu tanpa perlu mengeluarkan lembaran uang yang mereka berikan agar anak-anak itu mau belajar di sekolah yang mereka bangun. Penggusuran tersebut juga menjanjikan tempat yang lebih layak, semua warga yang tempat tinggalnya di gusur kini telah tinggal di rumah susun. Berita penggusuran tersebar luas dan anak-anak remaja yang meremahkan Toni cs kini mulai sadar bahwa kita tidak bisa meremehkan usaha orang lain, yang seharusnya kita lakukan adalah membantu mereka bagaimana cita-cita mulia itu bisa terwujud.
        Film ini juga mengambil adegan dari sudut pandang remaja masa kini yang biasa kita sebut dengan sebutan “Kids jaman now”, yaitu anak remaja masa kini yang sangat peduli dengan reputasi serta tekanan-tekanan dari teman sebaya nya yang menyebabkan mereka lupa diri, dan film ini juga memberikan pelajaran yang sangat hebat serta sindiran yag sangat hebat kepada kita semua bahwa kita tidak bisa memilah-milah dalam berteman, karena sosok teman bukanlah seperti sayuran yang layu di pasar yang bisa kamu pilah dan bisa kamu gantikan dengan sayuran yang masih segar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *