December 8, 2023
Oleh:
Nur Sholikhah 

            Hari ini, mendung berselimut di langit pagi. Menahan matahari untuk bersinar di setiap hati. Ia menutupi dengan awan-awan gelap yang penuh percaya diri. Tak peduli bahwa yang hidup di bumi juga perlu percikan api untuk menghangatkan badan dan perasaan ini. Perasaan emosi sekaligus khawatir karna sebentar lagi kawan akan berubah jadi lawan atau musuh menjadi sekutu. Apa maksudnya? Mungkin kau bisa menerka?  
            Aku hanya terduduk mengawasi pagi, berdiam diri sembari menikmati segelas teh hangat dan sepotong roti. Ah roti ini mengingatkanku pada sebuah tragedi, sebuah benda mati ini telah menjadi korban boikot dan buli. Kasihan sekali bukan? Maka dari sanalah aku mengerti bahwa perang dingin sedang terjadi. Ku kira perang itu telah usai sejak puluhan tahu yang lalu, tapi ternyata kini masih tersisa, ia bergerak halus tanpa suara dan aba-aba.
            Ku hirup pelan aroma teh ini, begitu harum nan alami. Ku pegang erat gelas itu dan ku rasakan hangatnya suasana pagi. Aku membayangkan ketika daun-daun teh dipetik begitu lembutnya oleh para pekerja di sebuah hamparan kebun yang luas berwarna hijau. Alangkah indahnya, alangkah sejuknya. Ah teh ini berhasil memabukkanku lewat imajinasi. 
            Terdengar suara handphone bergetar memecah sunyi, “Siapa yang menghubungiku dan mengganggu waktuku.” gumamku. Ku lirik layar HP made in china produksi Indonesia ini. Seorang teman waktu SD dulu telah mengirimiku sebuah pesan singkat.
            “ Ayo nanti siang ke alun-alun, lihat orkes dan calon bupati baru.”
            “ Maaf, aku tidak suka orkes.” 
            Orkes adalah salah satu hiburan rakyat yang paling digemari. Musik dan para pemainnya serta biduan wanita yang seksi memiliki ketertarikan tersendiri. Mereka merupakan penghibur rakyat kecil yang ahli. Maka pantas saja ia dijadikan alat politik kota ini. Dan alun-alun akan kembali ramai oleh para pencari hiburan dan tentunya para pencari suara. Karna kau tahu sendiri, tahun ini adalah tahun yang akan menguji emosi.
            Banyak orang mengatakan bahwa tahun 2018 adalah tahun politik. Dimana satu kubu dengan kubu-kubu yang lain akan berlomba-lomba mendapatkan suara emas dari para warga . janji-janji begitu mudahnya terluapkan, pencitraan ada dimana-mana tidak hanya di media sosial bahkan di kehidupan nyata. Aku sebagai rakyat yang sedikit peduli mulai menelisir latar belakang mereka. Baliho-baliho bergambar yang dipasang di pinggir jalan tak kan mampu mewakili gambar yang sebenarnya. Karna bagiku belum tentu senyuman itu sungguhan dan belum tentu wajah yang digambar memang benar-benar mewakili perasaan. 
            Dan akhirnya siang ini, alun-alun akan kembali ramai. Rakyat akan keluar dari balik rumah untuk menyaksikan hiburan itu. Mereka juga akan menyiapkan telinga untuk mendengar baik-baik propaganda dari sang delegasi. Hiburan ini mungkin akan terjadi berkali-kali sampai tanggal mainnya terlewati. 
            “ Hei kau, jangan sampai salah pilih!” aku berbisik pada cangkir yang sedari tadi mendengar percakapan hati, juga pada roti yang telah jadi korban buli.
Malang, 23 Januari 2018

Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *