Oleh : Nur Ma’rifatul Jannah
Berhubung banyak yg lagi pro kontra tentang Dilan yang lagi rame nih, padahal novelnya udah lama sih sebenarnya. terkait pro atau kontra, itu tergantung dari bagaimana kita menilai aja, dari sudut pandang mana kita melihat. Yah, setidaknya harusnya kita tidak menilai hanya dari satu sudut pandang saja lah, karena itu terkesan terlalu sempit dan kaku dalam membuat suatu kesimpulan. kenapa kontra? karena mereka ga baca sih… dikiranya novel dilan itu, novel anak SMA, alay, gombal, baper gtu lah… tp di lain sisi ada hal positif lain yg tersimpan di dalamnya. Sederhana tapi menyimpan makna, mendalam malah. dan aku menemukan itu…makanya ini mau nulis resensinya. Hehe…
Novel dilan ini ada tiga seri bukunya. Pertama Dilan, dia adalah dilanku 1990. Kedua, dia adalah dilanku 1991. Keduanya itu merupakan novel yang menggunakan sudut pandang Milea. Novel seri ketiga, dengan judul Milea, suara dari Dilan. Nah yang terakhir ini menggunakan sudut pandang dari Dilan.
Novel series ini mengangkat kisah kehidupan remaja di masa SMA pada tahun 90an. Kisah remaja yang tak pernah luput tentang kisah kasih di sekolah terkait persahabatan dan juga percintaan. Kalau kita search di google tentunya sudah banyak yang nulis sinopsis tentang novel ini. searching aja!
Semua mempunyai pendapat masing-masing. Semua menulis dengan sudut pandang masing-masing. Kebanyakan mereka dibuat terkesan bahkan jatuh cinta dengan tokoh Dilan karena keunikannya. Dia seorang gengster, terkenal nakal, bandel, biasa tawuran, Tapi dia smart. Selalu jadi juara kelas pula.
Milea, sosok siswi pindahan dari Jakarta yang kehadirannya di Bandung membuat Dilan jatuh hati.
“Jangan rindu, berat! Kamu ga akan kuat. Biar aku saja.” ~Dilan~
Itu salah satu kata-kata Dilan yang sangat viral di media sosial pun di dunia nyata. Apalagi anak-anak remaja yang lagi baper-bapernya. Kebanyakan dari mereka menilai dari sudut pandang ini nih, sosok dilan yang kata-kata gombalnya ga biasa. Ga alay lebay gitu tapi maknanya dapet alias ngena. Kadang bikin pembaca nyengir-nyengir sendiri gegara ulah dan kata-katanya Dilan itu. begitu pula dengan aku, termasuk juga pembaca yang dibuat jatuh cinta oleh sosok Dilan ini. Ga mengungkiri memang iya. Sebenarnya aku sudah tau novel ini sejak lama, sebelum jadi seviral ini. Tapi baru baca waktu dekat-dekat ini, 2017 lalu. dan itu pun belum seviral sekarang ini. Ga nyangka juga ternyata banyak yang baru tau tentang novel Dilan ini, apalagi sejak dirilis jadi sebuah film. Makin tambah viral Dilannya.
Tapi jujur aku memang dibuat kagum dengan sosok Dilan ini. Pertama baca novel ini, lembar demi lembar bikin ingin terus baca. Akhirnya ga berhenti-berhenti sampe keterusan bisa nyelesaiin satu serinya dalam waktu sehari. Ini pertama kali aku baca novel segila ini, dalam waktu singkat, ratusan halaman itu terbaca tuntas. Dan ingatan tentang Dilan itu begitu melekat dalam memori otakku.
Dilan, bukan hanya kata-kata dan sikapnya dalam mendapatkan Milea yang membuat aku kagum, bukan sekedar itu. Tapi banyak hal sederhana yang membuatku terkesima terhadapnya. Dilan sosok yang sangat menghormati ayah dan ibunya. Dia juga penyayang. Meskipun dia nakal, sering tawuran, tapi bukan tanpa alasan dia demikian. Dia hanya akan melawan kalau diserang duluan. Guna membela diri, bukan mencari-cari masalah.
Yang paling aku suka dari dia, bagaimana kedekatan hubungannya dengan Bundanya. Dia nakal suka tawuran tapi dengan ibunya dia sangat respect, sopan, lembut dan begitu penyayang. Aku juga kagum dengan bundanya. Sampai-sampai aku mengidolakan sosok ibu seperti beliau. Caranya dalam menyikapi Dilan yang demikian, begitu bijak dan elegan menurutku. Pokoknya I proud dah…! Adegan dimana Dilan membawa segelas air putih lantas meminta ibunya untuk membacakan doa pada air itu. Katanya minta doa restu ibu. Di situ aku merasakan kedekatan antara ibu dengan anak laki-lakinya. Sederhana memang, tapi kita akan dapat menemukan suatu keistimewaan jika mampu menilai lebih dalam alias lebih peka.
“Jika kau ingin tau sikap seorang lelaki itu baik atau sebaliknya, maka lihatlah bagaimana sikapnya terhadap ibunya” _Ma’rifaht_
Maksudnya, jika kalian para wanita ingin tau bagaimana sikap seorang lelaki itu terhadap kita, bagaimana dia mampu menghormati dan menghargai wanita, maka lihatlah bagaimana sikapnya terhadap ibunya. Atau tanyakan bagaimana tanggapan dia tentang sosok ibunya. Maka dari situ kau akan tau, bagaimana sikap lelaki itu terhadap wanita. Misalnya wanita yang akan menemaninya kelak sebagai istrinya. Duh, jadi ngomongin apa sih ini…haha sory!!! kembali ke Dilan!
Pada intinya Dilan yang lebih sangat terkenal dengan romantisme itu, sebenarnya tidak hanya itu saja yang perlu menjadi alasan dia menjadi sosok yang mengagumkan. Tapi banyak hal, dari berbagai sisi yang lain. Mungkin bagi yang cuma kenal dari nonton filmnya aja hanya dapat melihat sisi romantisme saja, terus kemana-mana niruin gaya dan kata-katanya yang gombal unik itu. Padahal banyak hal, banyak pesan moral yang dapat kita telaah jika kita mengenal Dilan dari membaca novelnya.
Terkait pro dan kontra, pada dasarnya semua itu tentu memiliki nilai plus minus masing-masing. Kaya magnet tuh, magnet aja ada sisi positif dan negatifnya, yang ada pada kutub utara dan kutub selatannya itu loh (jadi keingat pelajaran IPA dulu). hehehe
So, mari berpikir bijak dalam menilai segala hal. Tidak hanya melihat dari satu sudut pandang saja, lantas membuat kesimpulan. Tapi mari belajar melihat dari berbagai sudut yang lain, lantas temukan kesimpulan dengan menggunakan prinsip model bangun kerucut.
Cahaya_Ma’rifaht
Malang, 17 Feb. 18