December 8, 2023

Resensi Novel Parvana 3 (Kota Lumpur)
. Novel parvana ini merupakan bagian ketiga dari sekuel trilogi Parvana yang merupakan terjemahan dari novel yang berjudul Mud City karya Deborah Ellis yang diterjemahkan oleh Adzimattinur siregar dan diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) tahun 2011. Novel ini menarik karena kental dengan keadaan sosial dan budaya negara Afganistan yang digambarkan dalam novel tersebut. Terutama pengaruhnya terhadap kondisi mental tokoh utama.
Dalam novel ini pembaca dihadapkan dengan hal menarik dari sosok tokoh utama, seorang gadis remaja yang begitu tangguh dalam menjalani kehidupan yang teramat sulit dan tidak sewajarnya dapat dilakukan oleh gadis seusia dia pada umumnya. Refleksi kehidupan di Negara Afghanistan yang telah terjadi perang sejak tahun 1978 oleh perseteruan tentara dukungan Amerika dengan tentara dukungan Soviet. Hingga setelah Soviet pergi pada tahun 1989, perang saudara pecah ketika berbagai kelompok berusaha menjadi penguasa di negara tersebut. Novel yang kental dengan sosial politik dan kebudayaan ini, membuat kesan menarik tersendiri.
Shauzia, seorang anak perempuan berusia 14 tahun yang menyimpan mimpi dapat pergi menuju padang Lavender. Melarikan diri meninggalkan kamp dinding lumpur yang panasnya sudah seperti pemanggang roti. Dia bersama seekor anjing setianya -Jasper-, menyusuri jalanan yang penuh dengan ancaman. Mereka berdua sangat dekat, saling melindungi satu sama lain. Dia nekat memangkas habis rambutnya demi menjadi seorang anak laki-laki. Karena itu akan lebih aman baginya untuk dapat bertahan hidup di luar pengungsian yang menyesakkan menurutnya.
      Shauzia yang mulanya terjebak di tempat penampungan janda akibat rezim militer Taliban itu,diam-diam pergi dari kamp pengungsian ke Peshawar, Pakistan. Mengemis, memulung, bekerja apapun walau keselamatannya terancam demi mewujudkan mimpi ke padang Lavender di Prancis. Sempat kembali ke kamp dan menjalani hari-hari yang sulit, Shauzia tetap yakin akan mimpinya itu.
Dengan bahasa yang ringan, menarik, dilengkapi dengan dialog-dialog yang menakjubkan,novel ini menggambarkan ketegaran dan keberanian tokoh utama menghadapi kezaliman perang dan lingkungan yang kejam. Melalui kisah perjalanan atau petualangan sosok Shauzia dengan Jasper, pembaca diajak merasakan selarit harapan dari kehidupan kamp pengungsian yang getir dan kelam. Begitu banyak pesan moral dan pelajaran yang akan kita temukan dalam novel tersebut melalui kacamata petualangan Shauzia.
Cahaya_Ma’rifaht

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *