Oleh:
Nur Sholikhah
Hai kawan, kenalkan namaku Cinta Selfiana. Orang-orang biasa memanggilku selfi, aku terlahir di tengah-tengah kehidupan manusia yang modern. Aku berkembang dan tumbuh dengan cepat di zaman millenial ini, ketika kecanggihan teknologi mulai menguasai. Aku sangatlah masyhur di masyarakat, aku begitu tenar dan terkenal di seluruh dunia. Hebat sekali bukan?
Hampir setiap orang menyukaiku, menyanjungku, memujiku, dan selalu menempatkan aku di posisi yang pertama. Dimanapun dan kapanpun mereka berada, maka disitulah aku selalu menjadi kawan penggembiranya. Karna jika aku tak ada disampingnya, maka apalah arti hidup mereka?
Semua kalangan menjadikanku sebagai idola, yang tua, muda, remaja, anak-anak, yang kaya, miskin, pejabat, bahkan rakyat jelata. Aku mampu menjangkau semua, sehingga aku bisa menciptakan apa yang disebut citra. Semuanya pasti membutuhkanku, dengan tanpa ragu dan tanpa malu mereka memintaku menemaninya berkeliling dunia, bersandiwara, memamerkan apa saja yang pantas untuk dipamerkan, memalsukan apa yang tidak semestinya dipalsukan, semua itu dilakukan hanya untuk sebuah tujuan, pengakuan.
Sebenarnya aku tak mau membuat mereka sebegitu fanatiknya, anggaplah aku hanya sebagai teman biasa yang mengabadikan kenangan-kenangan indah bersama dirimu. Aku terkadang merasa lelah dan berdosa, apa yang kau lakukan denganku menimbulkan fitnah, iri, riya’, dan sifat-sifat tercela lainnya. Apalagi jika sudah kau tebar di media sosial, kepalsuan-kepalsuan akan berlapis-lapis menghujam. Aku malu, sedang kau merasa bahagia. Jempol-jempol itu melekat banyak, simbol-simbol merah itu begitu pekat, menutupi semua perasaanmu yang sesungguhnya. Inilah kebohongan yang kau ciptakan sendiri, kenyataan dirubah menjadi semu, kau ingin semua orang tahu kehidupanmu. Padahal itu hanya menunjukkan bahwa kau adalah makhluk yang kesepian nan butuh pengakuan.
Maka anggaplah aku sebagai teman biasa, yang mengabadikan apa yang perlu diabadikan saja. Jangan kau tampakkan kehidupanmu sedetail itu, karna bukan disanalah tempat curhat yang terbaik. Panggillah aku saat kau benar-benar butuh, karna aku bukanlah segalanya. Kau ingat, namaku Selfi, bukan Tuhan.
Malang, 14 Maret 2018
Pondok Pesantren Darun Nun Malang