Oleh : Inayatul Maghfiroh
Proses belajar merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang setiap tahunnya mengalami perkembangan. Dalam proses belajar khususnya di zaman era globalisasi ini, metode pembelajaran memiliki peranan dan pengaruh penting dalam pencapaian tujuan belajar,dengan demikian dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam suatu proses belajar.Namun,bukan berarti pula metode pembelajaran terdahulu diasingkan atau bahkan tidak dipraktekkan sama sekali, sebaiknya lebih bijak dan cermat dalam memilih mana metode yang dapat diaplikasikan sesuai perkembangan sosiologi manusia sebagi objek pembelajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran yang berkualitas mempunyai peranan yang sangat penting, yang mana dengan metode tersebut diharapkan mampu mencapai tujuan belajar dengan sebaik-baiknya.
Seperti yang telah kita ketahui dalam sejarah, telah banyak tokoh-tokoh pendidik yang telah berhasil dalam mengajarkan ilmu-ilmunya, salah satunya adalah “Walisongo. Sebutan “ Walisongo” memiliki makna khusus yang dihubungkan dengan keberadaan tokoh-tokoh keramat di Jawa, yang memiliki peran penting dalam usaha penyebaran dan perekemabangan Islam pada abad ke-15 dan ke-16 Masehi. Kata “Wali” berasal dari bahasa Arab, suatu bentuk singkatan dari Waliyullah, yang berarti orang yang mencintai dan dicintai AllahSebagaimana dalam firman Allah Q.S Al-Maidah : 54
بقوم يحبهم و يحبونه
“Suatu kaum yang dicintai Allah dan merekapun mencintai-Nya”
Sabda Nabi saw : “mereka ialah kaum orang ini” sambil menunjuk Abu musa Al-Asy’ari ( salah satu sahabat Rosululloh). Riwayat hakim dalam sahihnya.
Adapun kata “ Songo” berasal dari bahasa jawa yang berarti “ sembilan”. Jadi, Walisongo berarti “ Wali Sembilan” yakni ‘ Sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah’. Mereka juga dipandang sebagai ketua kelompok dari sejumlah besar mubaligh Islam yang bertugas mengadakan dakwah Islam di daera-daerah yang belum memeluk Islam khusunya di Jawa.
Adapun 9 tokoh Wali Songo tersebut diantaranya :
1. Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Jauh sebelum Maulana Malik Ibrahi datang ke pulau Jawa, sudah ada masyarakat Islam di daerah-daerah pantai utara, termasuk disebuah desa bernama Leran, hal itu dibuktikan dengan adanya makam seorang wanita bernama Fatimah Binti Maimun yang meninggal pada tahun 475 H atau pada tahun 1082 M. Maulana Malik Ibrahim yang kebih dikenal dengan sebutan kakek bantal oleh penduduk setempat pada waktu itu, datang ke pulau Jawa tepatnya di Gresik pada tahun 1404 M, beliau berdakwah di Gresik hingga akhir wafatnya yaitu pada tahun 1419 M. Dalam dakwahnya, kakek bantal ( Syaikh Maulana Malik Ibrahim) menggunakan metode atau cara yang sesuai dengan ayat Al-Qur’an.Q.S An Nahl :125
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِلْحِكْمَهْ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ اَحْسَنُ اَنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَاَعْلَمُ بِلْمُهتَدِيْن
“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara) yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Dalam ayat tersebut dapat diambill 3 cara atau metode yang digunakan oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim diantaranya, Bijaksana, Nasihat, dan diskusi. Dalam dakwahnya di pulau Jawa yang pada waktu itu kebanyakan penduduknya beragama hindu syaikh Maulana Malik Ibrahim tidak hanya berhadapan dengan masyarakat hindu dalam dakwahnya, namun juga harus berhadapam dengan masyarakat ysang tak beragama atau bahkan mereka yang terlanjur mengikuti aliran sesat. Namun, dengan cara dakwahnya yang bijaksana sifatnya yang lemah lembut, welas asih, dan ramah tamah. Sehingga dengan kepribadian itulah mampu menarik hati penduduk untuk masuk Islam dengan suka rela dan menjadi pengikut beliau yang setia. Dalam dakwahnya beliau menjelaskan bahwasannya dalam agama islam semua manusia memiliki derajat yang sama, di hadapan Allah semua sama, dan yang paling mulia diantara mereka adalah orang yang paling bertaqwa kepada-Nya.Sebagaimana dalam firman Allah, Q.S Al-Hujurat : 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
2. Sunan Ampel
Raden Rahmat yang biasa dikenal Sunan Ampel merupakan putra dari Syaikh Ibrahim As-Samarkandi/ Sunan Ampel merupakan tokoh Walisongo tertua yang berperan besar dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa dan di tempat lain di Nusantara.Dalam menjalankan dakwahnya selain dengan membangun pesantren, raden Rahmat membentuk jalinan kekerabatan melalui perkawinan-perkawinan para penyebar Islam dengan para penguasa bawahan majapahit.
3. Sunan Giri
Sunan Giri merupakan salah satu tokoh walisongo dan putra dari Syaikh Maulana Ishaq. Beliau juga merupakan seorang raja.Dalam dakwahnya melalui pendidikan, Sunan Giri tidak hanya mengembangkan sistem pesantren yang diikuti santri-santri dari berbagai daerah mulai Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan, Makassar, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Tidore, dan Hitu, Melainkan mengembangkan pula sistem pendidikan masyarakat terbuka, dengan menciptakan berbagai jenis permainan anak-anak seperti padang bulan-bulan, cublak-cublak suweng dan lain sebagainya, yang mana didalamnya berisi ajaran ruhani yang tinggi.
4. Sunan Bonang
Sunan Bonang merupakan putra dari sunan Ampel dari pernikahannnya dengan Nyai Ageng Manila putri Arya Teja bupati Tuban. Sunan Bonang dikenal sebagai salah satu tokoh Walisong yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fikih, tasawuf, ushuluddin, seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian dan kedigdayaan. Dalam dakwahnya sunan Bonang dikenal mengajarkan Islam melalui wayang, tembang, dan sastra sufistik, salah satu karangan beliau yang terkenal adalah Suluk Wujil.
5. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga merupakan putra Tumenggung Waliktita Bupati Tuban, sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh Walisongo yang mengembangkan dakwah melalui seni dan budaya. Sunan Kalijaga termasyhur sebagai juru dakwah yang tidak hanya piawai dalam mendalang melainkan dikenal pula sebagai pencipta bentuk-bentuk wayang dan lakon-lakon carangan yang dimasuki ajaran Islam. Melalui pertunjukan wayang, sunan Kalijaga mengajarkan tasawuf kepada masyarakat.
6. Sunan Kudus
Sunan Kudus merupakan salah atu tokoh Walisongo yang terkenal tegas dalam menegakkan syari’at. Namu, seperti wali yang lain, sunan Kudus juga juga berusaha mendekati masyarakat menyelami serta memahami kebutuhan apa yang diharapkan masyarakat. Dengan itu, sunan Kudus dalam dakwahnya mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan, kerajinan emas, pande besi, membuat keris pusaka, dan mengajarkan hukum-hukum agama secara tegas.
7. Sunan Drajad
Sunan Drajad adalah merupakan putra dari sunan Ampel dan adik dari sunan Bonang. Sunan Drajad dikenal sebagai tokoh Walisongo yang mengembangkan dakwah Islam melalui pendidikan akhlak bagi masyarakat. Sunan drajad dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib fakir miskin, mengutamakan kesejahteraan umat, memiliki empati, etos kerja keras, kedermawanan, pengetasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran,solidaritas sosial, dan gotong royong.
8. Sunan Muria
Sunan Muria merupakan putra dari sunan Kalijaga, sunan Muria merupakan tokoh Walisongo yang paling muda usianya. Sebagaimana sunan Kalijaga, sunan Muria berdakwah melalui jalur budaya. Sunan Muria dikenal sebagai piawai menciptakan berbagai jenis tembang cilik (sekar alit) jenis sinom dan kinanthi yang berisi nasehat-nasehat dan ajaran tauhid. Seperti ayahnya, sunan Muria dikenal pintar mendalang dengan membawakan lakon-lakon carangan karya sunan Kalijaga.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati ( Syarif Hidayatullah) merupakan salah satu tokoh Walisong yang dikenal dengan tokoh yang menurunkan sultan-sultan Banten dan Cirebon. Strategi dakwah yang dijalankan sunan Gunung jati adalah memperkuat kedudukan politis sekaligus memperkuat hubungan dengan tokoh-tokoh di Cirebon, Banten, dan Demak melalui pernikahan.
Referensi : “Atlas Wali Songo”
Pondok Pesantren Darun Nun Malang