December 8, 2023
Oleh :
Nurmiati Habib

Bermula dari keputusanku untuk memompa ilmu di kota yang penuh keindahan panorama alam yakni Malang Jawa Timur. Kota yang bagiku sangat jauh dari kota kelahiran. Disinilah aku banyak belajar akan sebuah proses hidup, lika-liku perjuangan ditampakkan setiap harinya, rangkaian tempaan telah kuterima sebagai bongkahan semangat untuk menggapai impian.
Mahasiswa,, yaaahh inilah status yang sedang kusandang saat ini. Mahasiswa yang digaungkan sebagai agen perubahan (agen of change), pemuda yang diharapkan mampu membuat Indonesia untuk terus exis di kanca duniaa.. Akupun bertanya pada diriku! Apakah aku mampu mengemban amanah mahasiswa di pundak ini? Apakah aku mampu menjadi agen perubahan? Ataukah aku hanya mahasiswa generasi milenial yang dibutakan oleh zaman. Itulah secercah pikiran yang terngiang dalam otakku saat ini. Rutinitas sebagai mahasiswapun kulalaui setiap harinya seperti mengikuti kuliah wajib, organisasi, dan rangkaian kegiatan di kampus yang banyak sekali menyita waktu.. Selain menjadi mahasiswa akupun mengemban amanah untuk menjadi seorang santri. Pagi hingga sore kuhabiskan waktu di kampus dan malam harinya kumenimba ilmu di Pesantren. Di pondok aku belajar bagaimana caranya mengabdikan diri terhadap ustadz dan ustadzah ataupun mengabdikan diri dalam masyarakat sekitar ataupun yang lainnya.
Berbicara tentang mahasiswa dan santri, kembali kuteringat akan sebuah kirimin video yang dishare melalui Whatssup.Di dalam video tersebut seorang KH. Ahmad Ishomuddin (Rois Syuriah PBNU), beliau membahas mengenai bedanya pesantren dan perguruan tinggi. Beliau berkata “Ulama-ulama, kyai-kyai beda dengan dosen. Kalau santri selesai dari pondok pesantren masih ada keinginan tiap waktu untuk soan ke kyainya ,sungkem, salaman,minta doa dsb. Mengherankan di perguruan tinggi, alumninya sudah menjadi pejabat, dosennya gak pernah ditengok, karena dulu pernah memberikan nilai mahal, malah didoain mudah-mudahan cepet meninggal. Beda banget ini, kenapa beda? Karena di perguruan tinggi itu hampir tidak ada dosen yang mendoakan mahasiswanya. Sehingga tidak ada hubungan batin, yang ada hanya hubungan fisik saja. Hubungan yang kering karena bukan hubungan rohani”.
 Dari video tersebut akupun menelaah “apakah aku seperti itu? Apakah status mahasiswaku hanya untuk mengejar IP tinggi? Apakah aku pantas disebut santri yang mengabdi? Sudahkah aku hormat terhadap Dosen ataupun Ustadz ustadzah di pondok?
Pantaskah akuu??
Pengabdian itu apa??
Yaahh Aku hanya ingin mengabdi”.


Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *