December 7, 2023
oleh : Neng Sumiyati 
Sebut saja namanya Syifa, remaja yang sebenarnya pernah melabuhkan keinginan untuk menggeluti bidang kedokteran  sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, alasan ini didasari atas beberapa prestasinya melalui perlombaan yang ia ikuti.Hal yang membuat dia semakin yakin juga karena bidang tersebut sesuai dengan kemampuannya.Namun semua itu telah berubah semenjak dia tahu apa arti dari “ mendidik keinginan”.
Dia seperti perempuan pada umumnya, yang memiliki impian tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke universitas ternama, setelah menyelesikan pendidikannya di madrasah ibtidaiyah, kedua orang tuanya mendaftarkan pendidikan selanjutnya disebuah Pondok Pesantren Modern yang terletak jauh dari perkotaan, jalan untuk menuju tempat tersebut sangatlah sulit jika memikirkannya, truk-truk besar selalu menghiasi jalanannya.

Perempuan yang masih terbilang sangatlah muda itu hanya berpikir dalam hati semoga dirinya bisa bertahan di tempat yang mulia itu, dari hari ke hari dia lewati, sampai akhirnya duduk di bangku akhir sekolah.Madrasah Aliyah menjadi masa sulit bagi santriwati kelas akhir seperti Syifa, karena harus menghadapi berbagai macam ujian serta dirinya harus menentukan kemana dia akan pergi.Alih-alih di pesantrennya selalu mengadakan seminar tentang perkuliahan ke timur tengah, eropa dll, yang informasi tersebut semakin membuka pikirannya untuk menentukan kemana dia akan pergi.

Syifa mengikuti keorganisasian sebagaimana santriwati lain ikuti di pondok, dia pernah menjabat sebagai pengurus di bagian pengajaran dan bahasa.Dia juga pernah beberapa kali menjadi utusan Pesantren untuk mengikuti beberapa ajang perlombaan, salah satu kunci suksesnya juga selalu membiasakan diri untuk melakukan perkara-perkara sunnah yang mana hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan di pesantrennya.
Kunci sukses lainnya juga yaitu mendidik keinginan, dari hal-hal yang membawanya pada keburukan, mengikuti perintah serta taat kepada orang tua dan guru.Kemampuan berbahasa juga salah satu kemampuan yang dimilikinya.Suatu ketika Syifa sedang berpuasa pada hari kamis namun karena uang di saku serta tabungannya habis, maka dia hanya bisa berbuka dengan air putih serta beberapa makanan yang disediakan oleh dapur, ketika saya bertanya kenapa tidak meminjam uang saja? Dia menjawab “ tidak apa-apa, ini termasuk mendidik keinginan, toh masih ada makanan yang disediakan oleh pihak dapur” tuturnya sambil tersenyum.

Tahun setelah kelulusannya dia memutuskan untuk mengabdi di pondoknya, selama masa pengabdian tersebut banyak sekali pergolakan keinginan yang terjadi, namun dia mempunyai visi dan misi tersendiri untuk menghadapi masa depannya, tujuan utamanya tentu tetap pada fokusnya yaitu meraih beasiswa di negara Turki, alasan tersebut didasari karena ketertarikan dan merasa ditantang untuk sama-sama bersaing dengan para pencari beasiswa lain serta ingin menyusul kaka tingkatnya.
Segala usaha dia kerahkan mulai dari pemberkasan dan ketelitian saat mengirim berkas, tentu bukan hanya negara Turki yang dia usahakan, dia juga mengikuti ujian seleksi ke negara yang ada di timur tengah yang akhirnya dia lepaskan, karena melihat kondisinya saat itu.Selain itu juga dia berusaha untuk mengikuti program beasiswa untuk santri yaitu PPSB serta mengikuti UMPTKIN, dan lolos sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Malang.Namun dia tidak mengambilnya, karena melihat dari segi finansial yang dibutuhkan cukup banyak serta kembali pada visi dan misinya yaitu ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan dengan beasiswa.

Tepat pada bulan Agustus 2017 atas segala pengorbanan dan peluh keringat serta penantian yang cukup lama, akhirnya Syifa menerima email bahwa dia dinyatakan lulus seleksi dan resmi sebagai mahasiswi jurusan studi agama islam di Necmettin Erbakan Universitesi.Setelah dinyatakan lulus maka segala resiko dan pertimbangan baru harus dihadapinya.Dia akan tinggal di Konya yang merupakan sebuah kota kecil yang terletak di tengah-tengah Provinsi Anatolia, dan mengharuskannya untuk jauh dari keluarga, sahabat serta akan dihadapkan dengan perbedaan mulai dari bahasa, cuaca, makanan dan budaya.Namun semuanya itu harus dihadapi serta dijalani, karena merupakan pertanggung jawaban dari pilihannya.

Ketika saya bertanya kepada Syifa apa kunci kesuksesannya? Dia menjawab bahwa dalam segala urusan, harapan, kebimbangan selalu libatkan Allah didalamnya, dia juga memberikan pemaparan tentang rencana masa depan “ kita boleh berikhtiar, kita boleh mencoba mendaftar di segala universitas, tapi tentunya dengan ridho dari kedua orang tua kita, apapun keputusan orang tua berarti itu yang terbaik”.

Sejatinya kita sering mendambakan ingin menjadi orang lain, ingin seperti orang lain.Namun kurangnya intropeski pada diri sendiri, terutama kepada aspek rohani.Terkadang sering lupa juga  tidak melibatkan sang pencipta dalam usaha, namun ketika gagal berbalik sangka kepada sang maha kuasa.




Pondok Pesantren Darun Nun Malang

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *