September 23, 2023
Oleh : Mutiara Rizqy Amalia

Manusia hadir di dalam dunia untuk menjadi abdun, hamba yang berkhidmat terhadap sang pencipta.  Sesuai dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Namun lebih dari itu, Allah sudah memberikan waktu sedemikian rupa untuk digunakan manusia dengan sebaik-baiknya. Dan ibadah tidak sebatas mengabdi kepada Allah dalam artian shalat, berdzikir, puasa, haji, umrah dan lain sebagainya.

Dalam aspek kehidupan yang lain juga ada dua mama bentuk ibadah, yakni ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah ini salah satu wujud penghambaan yang telah disyariatkan, dan tidak boleh dilaksanakan sesuka hati, seperti wudhu, tayamum, puasa, dan lain-lain. Sedangkan ibadah ghairu mahdah ini adalah salah satu bentuk penghambaan yang dilakukan dengan cara berbuat baik dalam hubungan kepada sesama manusia namun tidak menyalahi aturan Allah.

Ada salah satu cerita dari Syekh al-Buty. Suatu hari, Syekh al-Buty menilik sahabatnya pasca operasi. Bukannya gembira karena kedatangan beliau, sahabatnya berkata “untuk apa kau mengunjungiku? Aku sangat menyayangkan kedatanganmu, waktumu terbuang sia-sia, padahal seharusnya waktumu dipergunakan untuk umat”

Lantas Syekh al-Buty tersenyum sambil membalas,

“Di dalam kehidupan kita ada dua macam amalan, amalan lahir dan amalan batin. Seluruh kegiatan pengajian, mengajar, seminar, atau buku yang telah aku karang, semuanya adalah bentuk amalan lahir. Sedangkan amalan batin itu seperti menjenguk orang sakit, dan amalan batin ini adalah rahasia kesuksesan, keberkahan, dan kemanfaatan amalan lahir.

Di lain waktu saya merasa tenggelam dengan tulisan saya, dan merasa ada yang kurang. Sepertinya saya harus melakukan amalan batin, meletakkan buku-buku, pena dan kertas kemudian berangkat mengunjungi orang-orang shalih. Jika saya tidak melakukannya, pasti hati ini menjadi keras dan buntu, sehingga nantinya akan mempengaruhi pikiran. Lalu karya yang saya hasilkan menjadi kering, kaku, dan tidak ada manfaatnya.”

Itulah mengapa Syekh al-Buty memiliki untaian penuh hikmah yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Isi pengajian beliau selalu dihadiri oleh orang awam hingga terpelajar.

Dalam hal ini bisa kita tarik kesimpulan, bahwa ibadah tidak sebatas tuhan dengan manusia, tapi juga antara sesama manusia. Jika dalam majlis ilmu kita niatkan untuk bertemu dengan orang-orang shalih, untuk mendapatkan pahala dalam ibadah gairu mahdah, di sana kita juga dapat memperoleh pahala ibadah mahdah karena dengan berkumpulnya dengan orang shalil juga mengingatkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.

Referensi:

https://tafsirweb.com/9952-quran-surat-az-zariyat-ayat-56.html

https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/ibadah-mahdhah-dan-muamalah/

instagram @ismaelalkholilie

Pondok Pesantren Darun Nun Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *