Oleh: Salma Salsabila
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau, hiduplah seorang guru bernama
Ibu Rahma Ia adalah seorang guru yang penuh dedikasi, berhati lembut, dan selalu tersenyum
ramah kepada murid-muridnya. Rumah kecilnya berada tepat di pinggir desa, di mana jendela
kamarnya menghadap ke ladang hijau yang selalu menenangkan,dan kicauan burung yang
berdendang disetiap paginya.
Ibu Rahma mengajar di sekolah dasar desa itu. Setiap hari, ia dengan penuh semangat
mengajar anak-anak desa tentang matematika, bahasa Indonesia, sains, dan berbagai
pelajaran lainnya. Belajar di bawah naungan Ibu Rahma bukan hanya tentang buku dan pena,
tetapi juga tentang kehidupan dan nilai-nilai yang sejati.
Suatu hari, datanglah perempuan cantik bernama Shela dari kota yang kebetulan mendapat
amanah untuk magang di sekolah SD tersebut. Shela adalah mahasiswi yang sangat tidak
menyukai anak kecil,dimana dia akan berusaha keras untuk menghindari anak-anak karena
menganggap anak-anak suka mengganggu,berantakan dan berisik.
Hari berganti hari,Shela mulai mengajar dikelas 1,dari awal memasuki kelas,dia tampak tidak
bersemangat. Selama kelas berlangsung kepalanya terasa pusing karena melihat siswa-siswi
kelas 1 ini ramai meskipun di bangkunya masing-masing, dan ada juga yang berlarian kesana
kemari. Shela geram karena dia sangat membenci anak kecil dan kegiatan magang ini
mengharuskannya berbaur dengan mereka,dia segera mengakhiri pembelajaran dikelas
tersebut. Shela bergegas menuju mushola sekolah karena merasa hanya tempat itulah yang
nyaman untuk posisinya saat ini. Kemudian datanglah Ibu Rahma,guru yang berhati lembut
itu datang menghampiri Shela,dia menanyakan apa yang terjadi dengan Shela sehingga ia
menangis sendirian di sudut mushola ini.Shela menceritakan kejadian yang menimpa dirinya
dan perasaaannya. Ibu Rahma tersenyum sembari mengelus punggungnya.
“Nak,bolehkah ibu memberimu sedikit pencerahan?”. Dengan sesengukan Shela
menjawab”boleh bu”. Ibu Rahma berkata” Nak, kamu adalah seorang wanita yang nantinya
akan menjadi seorang ibu,bagaimana mungkin kamu menjadi seorang ibu tapi kamu tidak
suka dengan kehadiran anak-anak. Anak-anak mempunyai dunia yang tidak bisa ditebak oleh
akal orang dewasa.Terkadang anak itu memiliki sifat lugu,ceplas ceplos,berkata jujur,kritis
terhadap sesuatu,bahkan ada juga yang layaknya seperti orang dewasa,dia bisa bijaksana
dalam beberapa hal,penuh perhitungan,yang terkadang juga tanpa mereka sadari.
Akan tetapi,dari hal hal itu ternyata menyimpan berbagai makna nak,ada pelajaran hidup
didalamnya,juga keagungan Allah. Banyak sekarang orang orang yang tidak peka, pun
tidak pernah belajar terhadap anak-anak.
Ternyata,ada beberapa nilai suci yang ada pada mereka dan jarang sekali orang dewasa
memilikinya. Mereka itu ibarat kertas putih yang kosong nak,tanpa noda tinta
sedikitpun,karena mereka suci,maka apapun yang diperintahkan oleh orang dewasa pasti
mereka akan menerima dengan pasrah,seperti contoh balita,maka apapun yang diperintahkan
oleh orangtuanya pasti dia akan menurut.itu yang pertama,mereka mempunyai nilai
kepasrahan total. Mereka tidak seburuk yang kamu fikirkan jika kamu mau berbicara dengan
lembut dai hati ke hati.Kedua,mereka punya nilai kejujuran.mereka kritis,mereka selalu
mengungkapkan perasaan ketidaksukaannya jika memang itu menentang hatinya.Ketiga,nilai
ketenangan,anak-anak itu selalu memancarkan aura kesenangan karena dunianya hanya
sebatas dirinya. Meskipun begitu mereka pun juga mudah tersentuh. Keempat,mereka
memiliki nilai kesucian.Segala perlakuan anak mencerminkan kesucian karena mereka tidak
melakukan hal yang neko -neko. Dan yang terakhir anak-anak punya nilai keindahan,mereka
polos,tidak memancarkan nilai nilai kejahatan sedikitpun.
Itulah nilai-nilai yang ada pada mereka.jadi kamu hanya perlu terbuka dan terbiasa,mereka
tidak seburuk yang kamu fikirkan jika kamu melihat dari kacamata itu,tingkah
menyebalkan,berisik,itu hanya cara mereka untuk mengekspresikan dirinya nak".
"Iyaa buu,Terimakasih. shela akan mencoba untuk lebih terbuka dan menerima anak anak
dengan baik".timpalnya.
Keesokan harinya Shela kembali masuk kelas,mencoba untuk tenang dan mengingat kata kata
yang disampaikan oleh Ibu Rahma kemarin. Mereka menyambut dengan suka cita.
Qadarullah,Shela merasakan perasaan senang dan damai,ia meneteskan air mata.