TikTok jadi Pembenaran: Masyarakat dan Budaya di Era Digital

Oleh Alvian Izzul Fikri

Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah menjadi pandemi yang tidak bisa diabaikan. Dengan jutaan pengguna di seluruh dunia, aplikasi berbagi video pendek ini telah mengubah cara orang berinteraksi, berkomunikasi, dan mengekspresikan diri. Namun, di balik popularitasnya yang meluas, muncul pertanyaan kritis: apakah TikTok sekadar sebuah platform hiburan, ataukah ia berfungsi sebagai alat pembenaran bagi berbagai fenomena sosial dan budaya?

Salah satu aspek paling mencolok dari TikTok adalah kemampuannya untuk memberikan suara kepada individu dari berbagai latar belakang. Dalam banyak hal, platform ini memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk berbagi pandangan, pengalaman, dan kreativitas mereka. Namun, di sini muncul dilema: dengan begitu banyaknya konten yang dihasilkan, apakah TikTok justru mendorong pembenaran perilaku yang mungkin tidak sejalan dengan nilai-nilai etika atau moral yang kita anut?

Contoh nyata dari fenomena ini dapat dilihat dalam tren-tren yang muncul di TikTok, dari tantangan yang berpotensi berbahaya hingga perilaku yang bisa dianggap merugikan. Ketika pengguna melihat orang lain melakukan tindakan tertentu dan mendapatkan perhatian positif, mereka mungkin merasa terdorong untuk melakukan hal yang sama, terlepas dari konsekuensi yang mungkin terjadi. Dalam konteks ini, TikTok berfungsi sebagai pembenaran bagi perilaku yang mungkin seharusnya tidak dipromosikan.

Selain itu, TikTok juga sering kali menjadi ajang bagi penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks. Dengan format video pendek yang mudah dikonsumsi, banyak pengguna dengan cepat mempercayai dan menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi. Hal ini menimbulkan masalah serius, terutama dalam konteks kesehatan masyarakat, di mana informasi yang salah dapat berdampak negatif. Dalam hal ini, TikTok berkontribusi pada pembenaran perilaku penyebaran informasi yang tidak bertanggung jawab, dengan banyak orang merasa tertekan untuk membagikan apa yang sedang viral tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu.

Namun, tidak semua yang ada di TikTok bersifat negatif. Platform ini juga dapat menjadi alat untuk penyebaran pengetahuan dan kesadaran sosial. Banyak pengguna yang menggunakan TikTok untuk membahas isu-isu penting, mulai dari kesehatan mental hingga hak asasi manusia. Di sini, TikTok berfungsi sebagai medium untuk pembenaran nilai-nilai positif dan penggerak perubahan sosial. Ketika individu berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka, ini dapat memberikan inspirasi bagi orang lain untuk terlibat dalam tindakan yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Dalam dunia yang semakin terhubung, TikTok menjadi cermin bagi masyarakat kita, sebuah platform di mana perilaku baik dan buruk dapat saling berinteraksi. Di satu sisi, ia dapat memperkuat norma-norma sosial yang positif, tetapi di sisi lain, ia juga dapat membenarkan perilaku yang tidak etis atau berbahaya. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pengguna untuk kritis dalam mengonsumsi dan membagikan konten. 

Kesimpulannya, TikTok bukanlah sekadar platform hiburan, melainkan sebuah alat yang mampu membenarkan berbagai perilaku dan pandangan dalam masyarakat. Sebagai pengguna, kita memiliki tanggung jawab untuk menggunakan platform ini dengan bijaksana, menyaring informasi yang kita terima, dan berusaha untuk menyebarkan nilai-nilai positif. Dalam era digital yang terus berkembang, kesadaran akan dampak dari media sosial sangatlah penting, agar kita dapat memanfaatkan TikTok sebagai alat yang membangun, bukan justru merusak.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Facebook
Twitter
WhatsApp