Oleh: Dinda Novita Sari
Anak-anak yang tinggal di kampung pasti tahu bagimana rasanya pergi mengaji ke langar. Saat azan asar mulai berkumandang, maka emak-emak akan mulai meneriaki anaknya untuk berhenti bermain dan segera bersiap untuk pergi mengaji di langar. Banyak sekali drama yang terjadi antara emak dan anak. Ada yang kejar-kejaran dengan anaknya sambil membawa sapu lidi karena anaknya yang tidak mau mengaji. Ada anak yang beraksi tidur agar tidak di suruh mengaji oleh emaknya.
Langgar jika di kampung merupakan salah satu tempat yang multi fungsi, bukan hanya sebagai tempat sembahyang atau mengaji umat muslim saja namun juga bisa di jadikan tempat musyawarah oleh warga desa. Atau bahkan langgar juga biasa di jadikan tempat bermain oleh anak-anak sepulang ngaji, seperti bermain petak umpet, obak sodor, atau bahkan sebagai tempat pelarian anak-anak yang bosan di omeli oleh emaknya di rumah.
Dulu langgar tak pernah sepi oleh berbagai kegiatan warga dan derai tawa anak-anak. Banyak sekali kenangan yang ada di langgar kampung, biasanya para ibu-ibu akan mengadakan pengajian rutinan di langgar, atau kerjabakti warga untuk mebersihkan kampung dan langgar, tak jarang anak-anakpun juga turut ikut walau lebih banyak bermain. Apalagi saat mulai memasuki bulan-bulan besar islam langgar tak akan pernah sepi dari berbagai kegiatan seperti sunat masal, pengajian memperingati maulid nabi. Atau saat bulan ramdhan datang warga biasanya akan mengadakan buka bersama dan tadarusan di langgar.
Sekarang langgar tak seperti dulu lagi, meskipun masih digunakan untuk tempat sembahyang dan mengaji anak-anak tetapi suasanya sangat berbeda. Tak ada lagi anak-anak yang bermain di halaman langgar selepas mengaji karena lebih memilih untuk segera pulang den bermain hanphone di rumah. Aktivitas warga yang diadakan di langgarpun sekarang mulai jarang didakan, bahkan kebersihan langgarpun hanya di lakukan oleh marbud masjid. Pengajian ibu-ibu yang biasanya dilakukan setiap minggu di langgar kini sudah tidak ada lagi dan lebih memilih mengadakan pengajian di rumah masing-masing secara bergantian.
Ada apa dengan langgar? Perubahan jaman telah membuatnya mulai tersisih, panggilan azan di langgar pun kalah dengan konten tiktok terbaru. Emak-emak yang biasanya ribut dengan sang anak untuk menyuruhnya mengaji tampak acuh dan hanya sekedar mengatakan “Ndang ngaji” setelah itu di tinggal lagi rebahan scroll tiktok. Bahkan keributan antara emak dan anakpun sekarang bukan lagi karena menyuruh anaknya berangkat mengaji tetapi ribut karena rebutan HP dengan anaknya, sangat miris jaman sekarang.
Dulu tujuan di bangunnya langgar yakni supaya manusia itu bisa berkumpul, bercengkrama antara satu sama lain, mengeratkan kerukunan anatar warga, dan bersama-sama beribada kepada Allah SWT. Tapi sekarang orang yang datang kelanggar untuk sholat bisa di hitung dengan jari. Suara anak-anak yang merecoki saat sholat pun sudah tidak terdengar lagi berganti dengan anak-anak yang bermain HP di rumah, entah itu bermain games online, scroll tiktok, bahkan atk jarang banyak anak-anak yang sekarang membuat konten joget di tiktok.
Bapak-bapak yang dulunya rajin datang ke langgar kinipun sama saja kalah dengan lagu t baru yang rilis di youtube. Suara azan yang terdengarpun tak jarang berlomba-lomba dengan suara son yang di setel music dangdut.
Kini langgar sudah semakin sepi, hanya mereka yang memiliki kesadaran diri yang masih datang ke langgar. Mungkin jika tidak ada marbud di langgar yang membunyikan azan maka bisa saja azan tidak terdengar lagi di langgar. Banyak langgar yang sekarang sudah sepi, terbengkalai tak terawat, dibiarkan rusak begitu saja karena taka da kesadaran dalam diri warganya untuk menjaga tempat ibadah tersebut.